Sumber Gambar : https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/07/16/infografis-keutamaan-sholawat-nabi.jpeg?w=700&q=90

Keutamaan Shalawat
Di bulan kelahiran Rasulullah Muhammad Saw, atau bulan Maulid ini banyak ditemukan dari mayoritas umat Islam yang gemar dan memperbanyak bacaan salawat kepada Rasulullah Saw. Kendatipun membaca salawat dianjurkan dalam setiap waktu, tidak hanya bulan Rabi' al-Awal, namun setidaknya dari kebiasaan tersebut kemudian berdampak baik untuk terus bersalawat kepada Rasulullah, meneladani akhlak beliau dan menambah kecintaan kepada beliau, sebagaimana dalam sabdanya yang artinya: "Demi Dzat yang aku dalam kuasanya. Tidaklah diantara kalian menjadi orang mukmin (yang sempurna), sehingga aku menjadi orang yang paling ia cintai daripada bapaknya dan anaknya" (HR al-Bukhari No 13)

Allah dan Malaikat Bersalawat
Sebelum Allah memerintah umat Rasulullah Saw untuk bersalawat, Allah terlebih dahulu bersalawat secara terus-menerus kepada Rasulullah Saw dan para malaikat, sebagaimana dalam firman Allah yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (al-Ahzab: 56)
Makna salawat ini memiliki beragam makna. Sahabat Abdullah bin Abbas menafsiri salawat dari Allah dan Malaikat bermakna mendoakan keberkahan kepada Rasulullah. Sementara Abu al-Aliyah menafsiri: "Salawat dari Allah artinya Allah memuji Rasulullah di hadapan malaikatnya. Dan salawat dari malaikat artinya adalah doa" (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Sahih-nya)
Dan ada penafsiran dari ulama yang lain, bahwa: "Salawat dari Allah adalah rahmat, dari Malaikat adalah permintaan ampunan, dan dari umatnya adalah bermakna sebagai doa" (Syaikh al-Baghawi dalam Syarah as-Sunnah 3/189)
Malaikat Mencari Orang yang Bersalawat
Rasulullah Saw bersabda:

إن لله ملائكة سياحين يبلغون عن أمتي السلام
"Inna lillahi malaaikatan sayyaahiina fil ardli yuballighuunii min ummatii as-salaama", yang artinya: "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di bumi, menyampaikan salam dari ummatku", (HR Ahmad, an-Nasai dan Ibnu Hibban dengan sanad yang sahih)
Disamping itu ada pula malaikat di dekat makam Nabi yang menyampaikannya. Rasulullah Saw bersabda:
 أكثروا الصلاة علي فإن الله وكل بي ملكا عند قبري فإذا صلى علي رجل من أمتي قال : ذلك الملك يا محمد إن فلان بن فلان صلى عليك الساعة
"Aktsiruu ash-shalaata 'alayya, fa inna Allaha wakkala bii malakan 'inda qabrii fa idza shallaa 'alayya rajulun min ummatii qaala lii dzaalika al-malaku: Yaa Muhammad inna fulaan ibna fulaan shalla 'alaika as-saa'ata",  artinya: "Perbanyaklah membaca salawat kepadaku. Sebab Allah telah mewakilkan malaikat kepada ku di dekat kuburku. Jika ada seseorang dari umatku yang bersalawat, maka malaikat itu berkata kepada ku: Wahai Muhammad, sesungguhnya fulan bin fulan telah bersalawat kepadamu saat ini" (HR ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus, bahkan hadis ini dinilai hasan dalam as-Silsilah ash-Shahihat)

Rasulullah Saw Menjawab Salam
Rasulullah Saw bersabda:
 ما من أحد يسلم على إلا رد الله على روحى
"Maa min ahadin yusallimu 'alayya illa radda Allahu 'alayya ruuhii hattaa arudda 'alaihi as-salaama", artinya: "Tidak seorangpun yang mengucap salam kepadaku kecuali Allah mengembalikah ruh kepadaku hingga aku menjawab salamm kepadanya" (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Disahihkan oleh Ibnu Hajar)
Berdasarkan hadis ini, Ruh Rasulullah Saw tidak pernah keluar dari jasadnya, karena setiap saat pasti ada seorang umat beliau yang bersalawat. Bahkan dalam 4 Madzhab kesemuanya menyebut bacaan salawat kepada Rasulullah Saw di Tasyahhud yang terakhir. Hidupnya Rasulullah di alam Barzakh ini dijelaskan dalam hadis lain: "al-anbiyaau ahyaaun fi qubuurihim yushalluna", artinya: "Para Nabi hidup di dalam kuburnya, seraya melakukan salat" (HR al-Baihaqi dan Abu Ya'la. Syaikh Albani tidak mampu menilainya dlaif dan berkata: Hadis ini sahih)

Rasulullah Mendoakan Umatnya
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling (di bumi), menyampaikan salam dari ummatku. Rasulullah juga bersabda: Hidupku lebih baik bagi kalian. Wafatku juga lebih baik bagi kalian. Amal-amal kalian diperlihatkan kepadaku. Jika saya melihatnya amal baik, maka saya memuji kepada Allah. Dan jika saya melihatnya amal yang buruk, maka saya memintakan ampunan kepada Allah untuk kalian" (HR Al-Bazzar dari Abdullah bin Mas'ud, dengan sanad yang sahih)

Waktu-Waktu Utama Membaca Salawat
Membaca salawat adalah sebuah ibadah mutlak, yang dilakukan kapan saja, dimana saja, dalam kondisi apa saja. Namun Rasulullah Saw mejelaskan keutamaan tertentu untuk memperbanyak bacaan salawat secara khusus. Diantaranya:

1.      Hari Jumat
Rasulullah Saw bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علىَّ من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة على قالوا يا رسول الله كيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت فقال إن الله حرم على الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء (أخرجه أحمد رقم 16207 وأبو داود رقم 1047  والنسائى رقم 1374 وابن ماجه رقم 1636)
 "Sesungguhnya hari yang paling utama adalah hari Jumat. Maka perbanyaklah membaca salawat kepadaku di hari Jumat. Sebab salawat kalian disampaikan kepadaku. Sahabat bertanya: Bagaimana mungkin salawat kami bisa sampai kepadamu, sementara (jasad) engkau telah hancur? Rasulullah menjawab: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada tanah untuk memakan jasad para Nabi" (HR Ahmad No 16207, Abu Dawud No 1047 dan lainnya dengan sanad yang sahih)

2.      Pagi dan Sore
Rasulullah Saw bersabda:
قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – (من صلى عليّ حين يصبح عشراً وحين يمسي عشراً أدركته شفاعتي يوم القيامة) طبراني في الكبير
"Barangsiapa yang bersalawat kepadaku di pagi hari sebanyak 10 dan sore hari sebanyak 10, maka dia mendapatkan syafaatku di hari kiamat" (HR Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir dengan sanad yang hasan)

3.      Dalam Setiap Doa
Diriwayatkan dari Fadlalah bin Ubaid bahwa Rasulullah mendengar seseorang berdoa yang tidak mengagungkan Allah dan tidak bersalawat kepada Nabi Saw. Beliau bersabda:
عن فَضَالَةَ بنِ عُبَيْدٍ – رضي الله عنه - ، قَالَ : سَمِعَ رسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم - ، رَجُلاً يَدْعُو في صَلاَتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ الله تَعَالَى ، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم - ، فَقَالَ رسُولُ الله- صلى الله عليه وسلم - : (( عَجِلَ هَذَا )) ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ – أَوْ لِغَيْرِهِ - : (( إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ سُبْحَانَهُ ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم - ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ )) . رواه أَبُو داود والترمذي ، وقال : (( حديث حسن صحيح )) . أخرجه : أبو داود (1481) ، والترمذي (3477)
 "Orang ini tergesa-gesa. Jika diantara kalian berdoa, maka dahulukanlan dengan memuji kepada Allah, kemudian bersalawat kepada Nabi Saw, kemudian berdoalah dengan keinginannya" (HR Abu Dawud No 1481 dan Turmudzi No 3477, ia barkata: Hadis ini hasan sahih)
Diriwayatkan dari Sayidina Ali, beliau berkata: "Kullu du'ain mahjubun hatta yushalla ala an-Nabi wa alihi", artinya: "Setiap doa akan terhalang hingga dibacakan salawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Muhammad Saw" (Riwayat Thabrani, para perawinya terpercaya)

Salawat Sebagai Solusi Kehidupan
Seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw:
 عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ اِنْ جَعَلْتُ صَلاَتِي كُلَّهَا عَلَيْكَ قَالَ إِذاً يَكْفِيْكَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَا هَمَّكَ مِنْ دُنْيَاكَ وَآخِرَتِكَ (رواه أحمد وإسناده جيد ورواه الترمذي).
"Ara-aita in ja'altu shalaatii kullahaa alaika. Qaala idzan yakfiika Allahu tabaaraka wa ta'aalaa maa hammaka min dunyaaka wa aakhiratika", artinya: "Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Anda jika shalawat saya kesemuanya saya jadikan untukmu. Nabi menjawab: Allah akan mencukupimu dari hal-hal yang menyusahkan kamu, baik dunia dan akhirat" (HR Ahmad dari Ubay bin Ka'b, Sanadnya baik, dan Turmudzi, ia berkata: Hadis ini hasan sahih)

Mengharap Mendapat Syafaat
Keutamaan terbesar dari membaca salawat adalah mendapatkan syafaat dari Rasulullah Saw kelak di akhirat. Rasulullah Saw bersabda:
(إن أوْلى الناسِ بي يوم القيامةِ أكثرُهم علىَّ صلاةً) الترمذي وابن حبان.
"Inna aula an-naasi bii yauma al-qiyaamati aktsaruhum alayya shalatan". artinya: "Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan (syafaat atau kedudukan) saya, adalah yang paling banyak salawatnya kepada saya" (HR Turmudzi dan Ibnu Hibban, sanadnya hasan)

Dengan demikian, apa yang telah dilakukan oleh umat Islam dalam bersalawat, apakah saat Maulid Nabi, saat membaca Diba' dan Barzanji, saat membaca Kitab Dalail al-Khairat yang semuanya berisi salawat, adalah sebagai investasi akhirat mereka untuk menjadi bagian 'Yang paling berhak mendapat Syafaat Rasulullah Saw'. Amin.
Dalam hadis sahih, Rasulullah Saw pernah ditanya: “Amal apakah yang paling disenangi oleh Allah? Rasulullah menjawab: Yang paling langgeng (istiqamah / kontinu), meskipun sedikit” (HR al-Bukhari No 6465 dari Aisyah)
Maka, bacaan Salawat yang ringkas itu boleh diamalkan. Sementara dalam hadis-hadis sahih Rasulullah Saw diantaranya mengajarkan bacaan Salawat “Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad” dan Salawat Ibrahimiyyah yang sering dibaca saat Tasyahhud akhir dalam Salat.
Namun bukan berarti tidak boleh membaca Salawat yang disusun oleh para sahabat dan ulama.
Kesemuanya boleh dibaca, baik salawat Munjiyat, Nariyah, al-Fatih, Thibbil Qulub, salawat Badar dan sebagainya. Sebab banyak para sahabat dan ulama yang menyusun bacaan Salawat sendiri, seperti:
1.      Abdullah bin Mas’ud (Riwayat Ibnu Majah dan Abu Ya’la):
اللهم اجعل فضائل صلواتك ورحمتك وبركاتك على سيد المرسلين….
2.      Sayidina Ali bin Abi Thalib (Riwayat Thabrani dalam al-Austah):
اللهم داحي المدحوات وباري المسموكات اجعل سوابق صلواتك ونوامي بركاتك وزائد تحيتك على محمد عبدك ورسولك الفاتح لما أغلق ….
صلوات الله البر الرحيم والملائكة المقربين والنبيين والصديقين والشهداء والصالحين وما سبح لك من شيء يا رب العالمين على محمد بن عبد الله خاتم النبيين وإمام المتقين ….
3.      Abdullah bin Abbas (Riwayat Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf)
اللهم تقبل شفاعة محمد الكبرى وارفع درجته العليا وآته سؤله في الآخرة والأولى كما آتيت إبراهيم وموسى
4.      Hasan al-Bashri (Riwayat al-Hafidz as-Sakhawi)
اللهم صل على محمد وعلى آله وأصحابه وأزواجه وأولاده وذريته وأهل بيته وأصهاره وأنصاره وأشياعه ومحبيه
5.      Imam Syafii (Riwayat Ibnu Qayyim dalam Jala’ al-Afham)
وصلى الله على محمد عدد ما ذكره الذاكرون وعدد ما غفل عن ذكره الغافلون
6.      Dan sebagainya.
Kriteria yang utama dalam bacaan salawat menurut para ulama adalah salawat yang minimal terdiri lafadz Shallaa dan Sallama sebagaimana perintah Allah dalam al-Ahzab: 56.
Sementara Ibnu Qayyim dalam Jala’ al-Afham 1/87 mengutip anjuran para sahabat untuk memperbanyak membaca salawat:
وكان الصحابة رضي الله عنهم يستحبون إكثار الصلاة على النبي يوم الجمعة (جلاء الأفهام – ج 1 / ص 87)
“Para sahabat gemar memperbanyak salawat kepada Nabi di hari Jumat”
Berapa jumlahnya?
عن زيد بن وهب قال لي ابن مسعود رضي الله عنه يا زيد بن وهب : لا تدع إذا كان يوم الجمعة أن تصلي على النبي ألف مرة تقول اللهم صل على محمد النبي الأمي (جلاء الأفهام - ج 1 / ص 87)
Ibnu Mas’ud berkata kepada Wahb bin Zaid: “Jika hari Jumat jangan kau tinggalkan membaca salawat kepada Nabi sebanyak 1000 kali”
Disamping membaca Salawat sangat banyak secara angka, namun dianjurkan juga dilakukan dengan bacaan yang baik, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud: “Jika kalian bersalawat kepada Nabi, maka baguskanlah salawat itu, karena akan dihaturkan pada Rasulullah” (Riwayat Ibnu Majah dan Abu Ya’la)
Shalawat di Sela-Sela Tarawih
Membaca shalawat di antara bilangan rakaat salat Tarawih ketika selesai salam dari salat Tarawih dikumandangkan bacaan-bacaan shalawat dan doa untuk Khulafa' ar-Rasyidin bukan saja menjadi kebiasaan bagi umat Islam di Nusantara, tetapi juga dilakukan oleh sebagian umat Islam dari Yaman, dimana ada banyak ulama Yaman yang berdakwah ke Nusantara ini. Hal ini dibuktikan dengan fatwa ulama Yaman, yaitu Syaikh Ibnu Ziyad (975 H), beliau berkata: "Tidak ada ulama Syafiiyah yang menjelaskan anjuran membaca shalawat kepada Nabi Saw diantara sela-sela salam salat Tarawih. Namun yang dapat dipahami dari para ulama Syafiiyah adalah anjuran membaca doa setelah selesai salat. Para ulama juga menganjurkan mengawali doa dan mengakhirinya dengan bacaan shalawat kepada Rasulullah Saw, keluarga dan para sahabatnya. Dengan demikian, anjuran membaca shalawat dalam Tarawih adalah dengan melihat faktor tersebut" (Talkhish al-Fatawa Ibnu Ziyad 94)
Sementara bacaan dengan suara keras untuk menyemangatkan jamaah juga diperbolehkan. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Umar bin Khattab jika melantunkan al-Quran dengan suara keras tidak disalahkan oleh Nabi Saw. Lalu ia ditanya oleh Nabi: "Mengapa kamu mengeraskan bacaanmu?" Umar menjawab: "Saya ingin mengusir syetan dan menghilangkan kantuk ". Rasulullah menjawab: "Bagus" (HR Ahmad No 865, semua perawinya terpercaya)

Kata 'Sayidina' dalam Tahiyat dan Shalawat
Dalam tahiyat (atau shalawat) yang diajarkan oleh Rasulullah Saw memang tidak ada lafadz 'Sayidina'. Namun penambahan tersebut bukan berarti tidak boleh.
Dalam hadis-hadis sahih Rasulullah Saw mengaku bahwa beliau adalah sayid. Yaitu: "Ana sayidu waladi Adam yaumal qiyamati wa la fakhra". Artinya" Saya adalah sayid (pemuka) putra Adam di hari kiamat, dan tidak sombong"  (HR Muslim, Turmudzi dan lainya).
Dalam hadis Bukhari (No 799) diriwayatkan bahwa ada seorang sahabat yang menambahkan bacaan setelah rukuk dan didengar oleh Nabi Saw, justru beliau memujinya. Dari hadis ini ahli hadis al Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Hadis ini menunjukkan diperbolehkannya menambah bacaan yang tidak ada dalam salat, selama bacaan tersebut tidak bertentangan dengan riwayat dari Nabi" (Fath al Bari II/287). Dan kita ketahui kata 'Sayid' ada dalam hadis-hadis Nabi. Dalil lainnya adalah bacaan syahadat dalam tasyahhud oleh Ibnu Umar ditambah: "Wahdahu la syarika lahu"(HR Abu Dawud No 973).
Dengan demikian diperbolehkan menambah kata 'Sayidina' dalam tasyahhud sebagai bentuk menjaga etika kepada Rasulullah Saw (Ianatut Thalibin I/197)

وقوله: وأن محمدا رسول الله الاولى ذكر السيادة، لان الافضل سلوك الادب (حاشية إعانة الطالبين1 / 198)
وَاسْتُدِلَّ بِهِ عَلَى جَوَازِ إِحْدَاثِ ذِكْرٍ فِي الصَّلاَةِ غَيْرِ مَأْثُوْرٍ إِذَا كَانَ غَيْرَ مُخَالِفٍ لِلْمَأْثُوْرِ وَعَلَى جَوَازِ رَفْعِ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ مَا لَمْ يُشَوِّشْ عَلَى مَنْ مَعَهُ (فتح الباري لابن حجر 2 / 287)
عَنْ مُجَاهِدٍ يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ (فِى التَّشَهُّدِ) أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ قَالَ ابْنُ عُمَرَ زِدْتُ فِيهَا وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ (رواه أبو داود رقم 973)